Pajak Online Tutor & Course Creator

sst8.com Pajak Online Tutor & Course Creator , Dulu kalau ngomongin guru atau tutor, bayangan kita simple: orang ngajar di kelas, ketemu tatap muka, bawa whiteboard marker, siswanya duduk rapi di kursi. Sekarang? Semua berubah. Tutor gak harus ketemu murid face-to-face, course creator gak harus punya kampus, tapi duit bisa ngalir deras. Platform online bikin semuanya jadi borderless. Lo bisa ngajar anak SMA dari Padang sambil duduk di kafe Jakarta. Atau bikin course digital, sekali rekam, jual ribuan kali.

Nah, yang sering dilupain sama orang-orang yang main di bidang ini: pajak. Yes, penghasilan tutor online atau course creator itu gak sekadar side hustle, tapi officially dianggap penghasilan yang kena pajak. Pertanyaannya: gimana sih aturan pajak buat tutor online & course creator di Indonesia? Apalagi di 2025 ke atas, ketika ekonomi digital makin digedor DJP? Mari kita kulik dalam-dalam.

Tutor Online dan Course Creator: Model Bisnisnya

Sebelum masuk pajak, kita mesti ngerti dulu pola bisnisnya. Tutor online & course creator biasanya main di beberapa model:

  1. One-on-one session → tutor privat via Zoom, Google Meet, atau WA Call. Tarif bisa per jam, misalnya Rp150 ribu – Rp500 ribu.
  2. Group class → kelas bareng, bisa 10–50 siswa, bayar lebih murah per orang.
  3. Recorded course → bikin materi sekali (video, PDF, modul), dijual berkali-kali di platform kayak Udemy, Skillshare, atau platform lokal.
  4. Subscription model → kursus berlangganan, misalnya Rp100 ribu per bulan.
  5. Corporate training → kerjasama sama perusahaan buat ngajar karyawan. Biasanya fee gede banget.

Dari semua model ini, yang jadi masalah adalah: semua penghasilan dianggap taxable income, entah lo dapetnya dari orang Indonesia atau luar negeri.


Pajak Tutor Online & Course Creator di Indonesia

Sama kayak profesi influencer, tutor online dan course creator itu dikategorikan sebagai pekerja bebas. Artinya, mereka punya penghasilan dari jasa, bukan gaji tetap. Jadi pajaknya pakai aturan PPh orang pribadi.

Jenis pajak yang paling sering nyangkut:

  • PPh 21 Non-Karyawan → kalau dibayar oleh institusi/brand.
  • PPh 23 → kalau ada kontrak dengan perusahaan, potong 2% dari fee.
  • PPh Tahunan Orang Pribadi → kalau terima langsung dari murid atau dari luar negeri.

Kalau penghasilan diterima via platform luar (Udemy, Skillshare, Coursera), masalahnya makin ribet karena ada cross-border tax. Kadang penghasilan udah kena withholding tax di negara asal, baru masuk ke Indonesia.


Tarif Pajak 2025

Tarif progresif orang pribadi Indonesia (update 2025):

  • 0 – Rp60 juta → 5%
  • Rp60 – Rp250 juta → 15%
  • Rp250 – Rp500 juta → 25%
  • Rp500 juta – Rp5 miliar → 30%
  • Rp5 miliar → 35%

Jadi tutor online kecil yang penghasilan setahunnya < Rp60 juta aman, karena masuk PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak). Tapi kalau lo udah dapet Rp200 juta setahun dari kursus online, siap-siap kena 15%.


Simulasi Pajak Tutor Online

Case 1: Tutor Pemula

  • Ngajar privat via Zoom.
  • Total penghasilan setahun Rp40 juta.
  • Masih di bawah PTKP (Rp60 juta).
  • Pajak terutang = 0, tapi tetep wajib lapor SPT.

Case 2: Course Creator Menengah

  • Bikin course digital, jual via platform lokal.
  • Total penghasilan Rp180 juta setahun.
  • Pajak:
    • Rp60 juta × 5% = Rp3 juta
    • Rp120 juta × 15% = Rp18 juta
    • Total pajak = Rp21 juta.

Case 3: Corporate Trainer

  • Dapet kontrak ngajar karyawan perusahaan. Fee Rp600 juta setahun.
  • Pajak:
    • Rp60 juta × 5% = Rp3 juta
    • Rp190 juta × 15% = Rp28,5 juta
    • Rp250 juta × 25% = Rp62,5 juta
    • Rp100 juta × 30% = Rp30 juta
    • Total pajak = Rp124 juta.

Lumayan bikin keringetan, tapi itulah sistem progresif.


Masalah Pajak Cross-Border

Ini yang tricky. Banyak course creator Indo yang jual kursus di Udemy atau Skillshare. Penghasilan biasanya dalam USD, ditransfer via PayPal atau Wise.

Problemnya:

  • Udemy potong pajak di US (withholding tax) kalau kursus dibeli sama orang Amerika. Biasanya 10–30%.
  • Setelah itu, duit baru masuk ke Indonesia. Nah, di Indo, penghasilan itu masih dianggap taxable.
  • Jadi bisa kena pajak dua kali (double taxation). Untungnya, Indonesia punya tax treaty sama beberapa negara. Jadi potongan luar negeri bisa dikreditkan di SPT.

Contoh:

  • Dapet $10,000 setahun dari Udemy.
  • Dipotong $1,500 (15%) di US.
  • Masuk ke rekening Indo = $8,500.
  • Di Indonesia, penghasilan dilaporkan Rp150 juta (kurs Rp15,000).
  • Pajak Indo normal Rp21 juta.
  • Tapi bisa kreditkan $1,500 (Rp22,5 juta). Jadi efektif gak nambah bayar.

Kalau gak ngerti tax treaty, bisa rugi besar karena double bayar.

baca juga


Biaya yang Bisa Dikurangin

Tutor online & course creator boleh banget potong biaya sebelum pajak. Namanya deductible expense.

  • Beli laptop, kamera, mic → alat produksi konten.
  • Langganan Zoom, Canva, software editing.
  • Internet, listrik, pulsa.
  • Sewa studio rekaman.
  • Gaji tim editing/desain.

Contoh:

  • Penghasilan Rp300 juta.
  • Biaya operasional Rp100 juta.
  • Pajak dihitung dari Rp200 juta (netto).

Kalau lo main pinter ngatur expense, pajak bisa lebih ringan.


Tantangan di Lapangan

  1. Tutor kecil gak sadar kena pajak
    Banyak yang mikir “ah cuma ngajar Zoom, penghasilan kecil”. Padahal tetap wajib lapor, walaupun nol.
  2. Platform luar negeri gak transparan
    Banyak yang bingung cara dapetin bukti potong pajak dari Udemy/Skillshare.
  3. Cash flow vs kewajiban pajak
    Income gede, tapi sebagian udah habis buat biaya produksi. Bayar pajak jadi berat.
  4. Minim literasi pajak
    Tutor jago ngajar, tapi bingung banget urusan administrasi pajak.

Perbandingan Negara Lain

  • AS: IRS super ketat. Tutor online & course creator wajib lapor, termasuk income dari luar negeri.
  • UK: Ada Self-Assessment Tax Return khusus buat pekerja bebas.
  • Australia: Income dari online tutoring wajib declare, bahkan kalau muridnya dari luar negeri.
  • Indonesia: Lagi transisi, DJP makin digital. Ada kemungkinan platform lokal diwajibkan report income ke DJP.

Masa Depan Pajak Online Tutor & Course Creator

Ke depan, ada beberapa tren:

  1. Integrasi dengan platform
    EdTech (Ruang Guru, Zenius, Udemy, Skill Academy) bisa diwajibkan report langsung ke DJP soal income tutor.
  2. Simplified tax scheme
    Ada kemungkinan pemerintah bikin PPh Final khusus tutor online kecil, biar gampang hitungnya.
  3. AI tracking
    DJP bisa pantau rekening atau PayPal masuk. Kalau ada income rutin, bisa langsung dilabeli sebagai penghasilan.
  4. Ekspansi global
    Tutor Indo yang ngajarin bule makin banyak. Artinya potensi pajak cross-border makin gede.

Strategi Biar Aman Pajak

  • Punya NPWP → biar gak kena tarif 100% lebih tinggi.
  • Catat semua penghasilan → cash, transfer, PayPal.
  • Pisahin rekening → biar gampang tracking income vs expense.
  • Simpen bukti expense → biar bisa kurangi pajak.
  • Belajar tax treaty → kalau main di platform luar, wajib ngerti ini.

Penutup

Tutor online & course creator bukan lagi profesi kecil-kecilan. Ini udah jadi bagian penting dari ekonomi digital Indonesia. Dan karena itu, pajak pasti bakal nyangkut.

Satu hal yang jelas: pajak bukan berarti lo dirugiin. Justru dengan bayar pajak, lo jadi diakui resmi sebagai bagian dari ekosistem digital formal. Bisa akses ke kredit, bisa kerjasama legal dengan perusahaan, bisa naikin kredibilitas.

So, kalau lo sekarang lagi rajin ngajar online atau jual course digital, jangan nunggu DJP dateng ngejar. Lebih baik siapin dari sekarang. Karena ujung-ujungnya, bukan cuma soal bayar pajak, tapi soal jadi pemain profesional di era digital.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top