Tarif PPh 21 Terbaru 2025

sst8.com Tarif PPh 21 Terbaru 2025: Simulasi dan Cara Hitung Gaji Bersih

Lo pernah gak sih, tiap awal tahun kerjaan HRD atau tim finance di kantor langsung panik karena aturan pajak penghasilan (PPh 21) update lagi? Tahun 2025 ini bukan cuma sekadar revisi kecil, tapi ada beberapa detail teknis yang bikin ribuan karyawan, UMKM, bahkan startup harus mikir ulang cara ngitung gaji bersih mereka. Gue coba bedah ini dari angle santai tapi investigatif, biar lo bisa paham bener, bukan cuma sekadar hapalan angka.

Kenapa PPh 21 selalu bikin heboh?

PPh 21 itu kayak hantu bulanan buat pekerja kantoran. Setiap lo terima slip gaji, ada komponen potongan pajak yang sering bikin dahi berkerut. Banyak yang mikir, “lah kok potongannya makin gede tiap tahun?” atau “kok gue ngerasa gaji naik tapi bersihnya malah gak kerasa?”

Jawabannya simpel: regulasi pajak selalu ngejar perkembangan ekonomi. Tahun 2025 ini, pemerintah masuk ke era pajak digitalisasi penuh. Semua pelaporan terintegrasi, slip gaji wajib nyambung ke sistem DJP, dan tarif PPh 21 disesuaikan sama inflasi + target penerimaan negara. Jadi kalau lo ngerasa makin kecekik, itu bukan halusinasi—itu realita kebijakan fiskal.

Regulasi resmi PPh 21 2025

Menurut update Kemenkeu dan DJP, tarif PPh 21 di 2025 masih pake skema progresif (makin tinggi penghasilan, makin gede persentase pajak lo). Tapi ada penyesuaian lapisan penghasilan (bracket):

  • Penghasilan sampai Rp 60 juta/tahun → 0% (bebas pajak)
  • Rp 60 juta – Rp 250 juta/tahun → 5%
  • Rp 250 juta – Rp 500 juta/tahun → 15%
  • Rp 500 juta – Rp 5 miliar/tahun → 25%
  • Di atas Rp 5 miliar/tahun → 35%

Perubahan paling signifikan ada di bracket pertama. Tahun lalu batasan bebas pajak masih Rp 54 juta, sekarang dinaikin jadi Rp 60 juta. Ini sengaja buat kasih ruang nafas ke pekerja entry-level dan UMKM.

Ilustrasi slip gaji 2025

Bayangin lo kerja di startup, gaji Rp 10 juta per bulan (Rp 120 juta per tahun). Gimana ngitung PPh 21 lo?

  • Penghasilan Kena Pajak: Rp 120 juta – Rp 60 juta (PTKP) = Rp 60 juta
  • Tarif 5% dari Rp 60 juta = Rp 3 juta per tahun
  • Potongan bulanan = Rp 250 ribu

Jadi gaji bersih lo per bulan = Rp 10 juta – Rp 250 ribu = Rp 9,75 juta.

Sekilas keliatan kecil potongannya, tapi bayangin kalau gaji udah nyentuh Rp 20 juta ke atas.

Simulasi Tarif PPh 21 2025

Penghasilan Bruto / TahunLapisan TarifPajak TerutangGaji Bersih / Bulan
Rp 60 juta0%Rp 0Rp 5 juta
Rp 120 juta5%Rp 3 jutaRp 9,75 juta
Rp 300 juta5% + 15%Rp 27,5 jutaRp 22,7 juta
Rp 600 juta5% + 15% + 25%Rp 82,5 jutaRp 43,9 juta
Rp 6 miliarProgresif s.d 35%Rp 1,7 miliar+Rp 355 juta+

Tabel ini nunjukin betapa progresifnya PPh 21. Semakin gede penghasilan, beban pajaknya naik drastis.

Apa dampaknya buat UMKM dan pekerja?

  1. UMKM digital – penyesuaian tarif ini bikin banyak owner UMKM mikir ulang soal struktur gaji karyawan. Gak bisa lagi sembarangan kasih “tunjangan cash” tanpa lapor, karena DJP makin ketat tracking via sistem e-bupot.
  2. Freelancer & remote worker – kalau lo dapet penghasilan campuran (misal dari Upwork, Fiverr, atau klien luar negeri), PPh 21 tetep kena kalau penghasilan lo dicatat di Indonesia.
  3. Karyawan middle class – bracket Rp 250 juta – Rp 500 juta kena dampak paling kerasa. Gaji naik, tapi potongan bisa bikin take home pay gak jauh beda dari tahun sebelumnya.

baca juga

Kenapa simulasi ini penting?

Masalah terbesar orang Indonesia bukan gak mau bayar pajak, tapi gak ngerti cara hitungnya. Slip gaji HRD sering bikin bingung karena mereka langsung kasih angka bersih. Padahal, kalau lo ngerti cara ngitung manual, lo bisa cross-check apakah potongan udah sesuai aturan.

SST8 sebagai konsultan pajak biasanya dipanggil perusahaan buat:

  • Nge-review payroll biar gak ada salah hitung.
  • Bikin laporan pajak sesuai sistem DJP online.
  • Ngasih edukasi ke karyawan biar gak shock liat slip gaji.

Cara menghitung manual (step by step)

  1. Tentuin penghasilan bruto tahunan (gaji pokok + tunjangan).
  2. Kurangi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak, tahun 2025 = Rp 60 juta).
  3. Hasilnya = Penghasilan Kena Pajak (PKP).
  4. Terapkan tarif progresif sesuai bracket.
  5. Bagi pajak terutang dengan 12 bulan.

Kalau ribet? Yaudah, pake tools online atau langsung hubungi konsultan kayak SST8.

Masalah real yang sering muncul di lapangan

  • Gaji gak sesuai slip → ada perusahaan yang potong pajak, tapi gak setor ke negara (ilegal banget).
  • Freelancer kena double tax → dibayar klien luar negeri udah dipotong, tapi di Indonesia masih dihitung lagi.
  • Startup gak punya HRD proper → akhirnya ngitung manual pake Excel, sering salah formula.

Tarif PPh 21 terbaru 2025 ini sebenernya kasih sedikit keadilan buat pekerja level bawah karena batas bebas pajak naik. Tapi untuk middle class ke atas, beban makin terasa. Simulasi tadi semoga bikin lo gak cuma pasrah nerima slip gaji, tapi ngerti logikanya.

Kalau lo butuh hitungan detail, audit payroll, atau mau optimasi legal biar pajak gak makan margin bisnis, SST8 bisa jadi partner. Karena ujungnya bukan cuma soal bayar pajak, tapi gimana cara lo ngelola cash flow biar tetap sehat.

Gunakan jasa SST8 untuk hitung PPh 21 lebih akurat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top